Menjelang maghrib, sepeda motor matic
warna merah keluar dari pintu gerbang rumah tua diujung desa. Hari mulai gelap.
Gerimis pun perlahan turun. Lampu-lampu
jalan dan teras rumah penduduk mulai dinyalakan. Beberapa orang nampak berjalan
menuju masjid yang ada di dekat rumah tua itu.
Dengan agak terburu-buru Nurjanah melarikan
motornya menerobos gerimis yang mulai
membasahi jalan desa. Bau wangi yang ditinggalkan menyentak hidung Pak Hasan
yang sedang berjalan menuju masjid bersama isterinya.
“Jam segini Nurjanah sudah keluar nih
Bu..........” Kata Pak Hasan pada Isterinya.
“Kok Bapak tahu?”
“Apa Ibu nggak mencium sesuatu?” Kata
Pak Hasan balik bertanya.
“Iya sih..........”
“Ini bau wangi khas
Nurjanah............ harum tapi mengandung mistis........”
“Ah Bapak............... bikin takut
aja..........” Kata isterinya sambil meraih lengan tangan kiri Pak Hasan yang memegang payung.
Adzan maghrib sudah terdengar dari
toa masjid. Malam mulai merangkak pelan.
Nurjanah menghentikan sepeda motornya di parkiran kampus. Pandangannya
menyapu seluruh area bangunan kampus yang megah itu. Sepi. Mahasiswa yang
kuliah malam belum pada datang. Setelah mengunci sepeda motor, melepas helm dan
menyisir rambutnya yang tergerai kebahu, Nurjanah berjalan menuju ruang kuliah
fakultas ekonomi. Ia mengambil tempat duduk di pojok belakang dekat dinding.
Bangku-bangku lainnya masih kosong. Suara kendaraan yang lalu lalang di jalan
raya depan kampus, sayup-sayup terdengar menyusup ruang.
Tidak begitu lama, sepasang mahasiswa
masuk. Keduanya berjalan nampak mesra. Tangan kanan si cewek memeluk pinggang
cowoknya. Sedang tangan kiri si cowok merangkul pundak si cewek. Sambil
berjalan menuju bangku belakang sesekali kecupan kecil si cowok mendarat di
pipi si cewek. Mereka mengambil tempat duduk di pojok belakang. Melihat tingkah
mereka dari pojok seberang, Nurjanah senyum-senyum dan menggeleng-gelengkan
kepalanya.
“Ah............... bau apa ini............?”
Tiba-tiba si cewek nyeletuk. Dipandanginya seluruh ruangan. Sepi.
“Bau apa sih.........?” Tanya si
cowok sambil menggerak-gerakkan ujung hidungnya.
“Kayak bau..............”
Cewek itu tidak malanjutkan ucapannya
karena dilihatnya ada beberapa mahasiswa yang masuk ruangan. Bulu kuduknya
berdiri. Merindnig........! Kursi-kursi kosong
di ruang kuliah itu mulai terisi. Mahasiswa yang masuk belakangan mengambil
tempat duduk persis di samping Nurjanah. Beberapa kursi depan dan samping mereka tampak kosong.
“Hai............” Sapa mahasiswa itu
pada Nurjanah agak berbisik.
“Hai juga............” Jawab
Nurjanah.
“Kok di belakang?” Tanya mahasiswa
itu kemudian.
“Pingin aja......” Jawab Nurjanah
sekenanya.
“Bagaimana kabar Pak Hasan? Masih
jadi juru kunci makam?” Mahasiswa itu menanyakan kabar familinya yang sekampung
dengan Nurjanah.
“Masih............. Beliau itu
orangnya sregep lho.............. tlaten.........” Jawab Nurjanah memuji Pak
Hasan juru kunci makam di desanya.
“Kapan-kapan aku mau ke rumah Pak De,
sekalian mampir ke rumahmu ya? Boleh kan......?”
Nurjanah menggangguk.
“Lama aku nggak sowan beliau.......”
Kata mahasiswa itu melanjutkan.
Lelaki separoh baya dengan kacamata
tebal masuk ruangan langsung enuju meja yang ada di depan kursi-kursi mahasiswa. Sebelum memberikan mata kuliah
ekonomi makro, dipandanginya mahasiswa yang ada di hadapanya. Tiba-tiba dadanya
berdetak ketika pandangannya tertuju pada Nurjanah. Sejenak dosen itu menghela
nafas. “Astaghfirullah............” Gumam
sang dosen.
Sambil memberikan mata kuliah sekali
kali pandangan mata dosen itu melirik Nurjanah. Ada rasa tak percaya dalam hatinya.
Apakah betul yang dilihatnya malam ini? Selama menjadi dosen baru kali ini ia
melihat sosok mahasiswanya yang begitu lain. Betulkah ia seorang mahasiswa? Rasa
takut bercampur heran dipendamnya.
Selesai memberikan mata kuliah sang dosen
sengaja tidak langsung meninggalkan ruangan. Sambil solah-olah mengemasi
buku-bukunya ia amati satu persatu mahasiswa yang keluar ruangan. Keluar paling
akhir mahasiswa yang tadi duduk disamping Nurjanah. Tapi di mana mahasiswa yang
satu itu?
Di luar hujan mulai turun. Dingin
menembus kulit. Dan bau bunga melati mengisi ruang kuliah.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar