Jumat, 04 Maret 2016

Cerita Misteri “MELAMAR NURJANAH” (Episode 1)

Di luar Mall gerimis mulai turun. Di dalam, Raga ( bukan nama sebenarnya) agak gelisah. Sesekali  ia melihat jam yang melilit pergelangan tangannya.

“Jam 20.30 menit............. sebentar lagi mall akan tutup.....” gumamnya. Di hadapannya seorang gadis sedang asyik melihat-lihat pakaian yang terpajang. Suasana mall sudah agak sepi. Satu persatu pengunjung  mulai keluar.

Raga menarik nafas pelan. Dipandangnya gadis yang sedang asyik membolak-balik pakaian. Ini untuk kali ketiga Raga mengajak jalan-jalan sang pujaan sejak mereka  berkenalan.

Meskipun sudah hampir tiga bulan berkenalan  Raga merasa belum  percaya kalau ia bisa bertemu dan berkenalan dengan gadis yang dihadapannya itu. Rasa ketidak percayaan itu muncul karena selama ini Raga  hampir putus asa soal wanita.

Diusianya  yang hampir kepala  tiga, sudah dua kali ia mengalami kegagalan cinta yang serius. Bukan karena wajah yang kurang tampan atau ekonimi yang tidak mapan. Kegagalan demi kegagalan cinta Raga ia alami karena “musibah”. Dan kedua-duanya  itu terjadi  saat menjelang pertunangan.

Terbayang dalam benak Raga bagaimana ia menjalin cinta pertama dengan teman sekelasnya. Cinta anak SMA yang penuh warna bunga. Saling sayang tanpa dicampuri gejolak nafsu. Yang ada hanya rindu untuk selalu bertemu. Dan bunga-bunga cinta yang mekar itu terus bersemi sampai keduanya tamat dari SMA. Namun impian mereka untuk hidup bersama betul-betul hanya impian.  Bahtera cinta kandas tertumbuk karang.

Ya, kegagalan cinta pertamanya ia alami dua tahun setelah lulus sekolah. Waktu itu Raga sudah menentukan hari pertunangannya dengan gadis yang menjadi pacarnya  sejak kelas 2 SMA. Tapi malang tak dapat ditolak. Hanya gara-gara Raga tidak kuliah dan hanya karena  penerus usaha orang tuanya sebagai petani gurem,  cinta keduanya kandas ditengah lautan. Tertumbuk batu karang  orang tua sang  gadis  yang notabene sebagai  “saudagar”.

Sejak kegagalan cinta pertamanya, Raga fokus membantu usaha orang tuanya. Waktunya betul-betul disibukkan untuk menekuni  perjalanan usaha orang tuanya antara sawah dan rice mill. Ia tak tega melihat kondisi orang tuanya yang sudah mulai uzur harus bolak balik ke sawah dan rice mill. Dan ini berjalan hampir tiga tahun.  Andai saja anak pemilik rice mill itu tidak mengejar-ngejar  cinta Raga mungkin ia tidak  akan mengalami  putus cinta yang kedua kalinya.

Kegagalan cinta yang tragis. Gadis anak pemilik rice mill itu meninggal setelah kecelakaan. Mengalami gagar otak dan pergi untuk selama-lamanya. Cinta sudah terkubur. Barangkali itulah perjalanan cinta yang harus ia alami.

“Mas......... sudah mau tutup.......” tiba-tiba security  sudah berdiri  di hadapannya. Raga tergagap. Segera ia menarik lengan gadis itu, keluar dari mall.
Di luar malam semakin larut. Dingin menggigit kulit dan gerimis masih terus menetes. Sesekali harum melati melintas di hidung Raga.

(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar